Selasa, 07 Juli 2015 0 komentar

Novel "RINDU" Darwis Tere Liye

Novel RINDU yang baru saja selesai saya baca. Novel dengan penulis Darwis Tere Liye. Menyuguhkan cerita yang mengesankan. Novel yang memberi sensasi cerita melebihi cerita novel biasanya. Memberi saya pengetahuan baru tentang sejarah kolonial Belanda dan Inggris, sebelum Indonesia merdeka. Memberi pengertian makna hidup sebenarnya tentang kebahagiaan sejati, tentang sabar, memaafkan, kesedihan, kebencian, masa lalu, kesempatan, tentang hakekat memiliki yang sesungguhnya, dan yang paling penting tentang takdir. Novel ini berhasil memberi pemahaman baru kepada saya, memberi penjelasan-penjelasan tentang pertanyaan kehidupan. Sungguh novel yang mengagumkan :))

Beberapa kutipan yang mungkin menarik dibaca dan dipahami maknanya lebih dalam pada Novel ini.

"Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah  dan kita benar. Apakah orang itu memang jahat atau aniaya. Bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati." hal. 374

"Cara menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi . Berdiri gagah . Mulailah dengan damai meneima masa lalu. Buat apa dilawan ? Dilupakan ? Itu sudah menjadi bagian hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan tempat terbaik dalam hidup itulah cara terbaik mengatasinya. Dengan kau menerimanya , perlahan – lahan dia akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu . Dipoles oleh kenangan baru yang lebih bahagia."

"Mulailah menerima dengan lapang hati. Karena kita mau menerima atau menolaknya, dia tetap terjadi. Takdir tidak pernah bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita tidak suka. Takdir bahkan basa basi menyapa pun tidak. Tidak peduli, Nah. Kabar baiknya, karena kita tidak bisa mengendalikannya, bukan berarti kita jadi makhluk tidak berdaya. Kita tetap bisa mengendalikan diri sendiri bagaimana menyikapinya. Apakah bersedia menerimanya, atau mendustakannya.” (hal. 471)

"Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis apakah kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.” (hal. 313)

“Biarkanlah waktu mengobati seluruh kesedihan. Ketika kita tidka tahu mau melakukan apa lagi, ketika kita merasa semua sudah hilang, musnah, habis sudah, maka itulah saatnya untuk membiarkan waktu menjadi obat terbaik. Hari demi hari akan menghapus selembar demi selembar kesedihan. Minggu demi minggu akan melepas sepapan demi sepapan kegelisahan, bulan, tahun, maka rontok sudahlah bangunan kesedihan di dalam hati. Biarkanlah waktu mengobatinya, maka semoga kita mulai lapang hati menerimanya. Sambil terus mengisi hari-hari dengan baik dan positif.” (hal. 472) 

“Apakah arti cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan, dilepas dengan rasa suka cita. Aku tahu, kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami para pecinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya, tidak bersedia.” (hal. 492)

“Lepaskanlah. Maka esok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Kisah-kisah cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya. Tapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik yang dituliskan.” (hal. 492)

IDENTITAS BUKU
Judul buku  : Rindu
Penulis  : Tere Liye
Editor  :  Andriyati
Penerbit  : Republika Penerbit
Cetakan dan tahun terbit  : Cetakan kesatu, Oktober 2014
ISBN  :  978-602-8997-90-4
Tebal buku  : ii dan 544 halaman

Novel "RINDU" Darwis Tere Liye

 
;